#ISIS Permainan Baru Amerika Untuk Hidupkan Kembali Ganti AlQaeda

Baru-baru ini, mantan karyawan US National Security Agency (NSA), Edward Snowdeen mengungkapkan, intelijen British, Amerika Syarikat dan Israel (Mossad) bekerja sama membentuk gerilyawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Dilansir dari situs globalresearch.ca, Jum’at (1/8), Snowdeen mengatakan badan intelijen tiga negara menciptakan sebuah organisasi teroris yang mampu menarik semua ekstrimis dunia ke satu tempat. Mereka menggunakan strategi yang disebut “sarang lebah”.

Dokumen NSA menunjukan implementasi strategi ‘sarang lebah’ untuk melindungi entiti Zionis dengan menciptakan slogan-slogan agama dan Islam.

Menurut dokumen yang dirilis oleh Snowden, “Satu-satunya solusi untuk melindungi negara Yahudi adalah untuk menciptakan musuh dekat perbatasannya”.

Data tersebut juga mengungkapkan bahwa pemimpin ISIS Abu Bakar Al Baghdadi mengambil pelatihan militer intensif selama satu tahun di tangan Mossad, selain program dalam teologi dan seni berbicara.

Dengan bergulirnya isu keberadaan ISIS sejatinya merupakan reinkarnasi dari keberadaan kelompok teroris jadi-jadian kreasi CIA macam Al Qaeda seperti di era kepresidenan Bush 2000-2008.

Yang pastinya dengan bergulirnya terus isu ISIS ini akan dimanfaatkan oleh berbagai kalangan yang berkepentingan seperti di Indonesia dan Malaysia baik dibahagian Kepolisan maupun Badan Nasional Pemberantasan Terorisme(BNPT) Indonesia,untuk meluncurkan sebuah tema baru: Perang terhadap Aksi Terorisme yang dimotori oleh kelompok-kelompok Islam radikal dengan menggunakan ISIS sebagai icon-nya.

Yang krusial dari trend ini adalah, betapa para pemangku kepentingan di bidang politik dan keamanan nasional di rantau ini, akan masuk dalam ritme dan irama yang dimainkan oleh AS-British-Israel melalui penerapan strategi Sarang Lebah untuk menjaring kelompok-kelompok Islam radikal agar berkumpul di satu tempat yang sama. Sehingga mudah dikendalikan dan dijinakkan melalui kerangka operasi intelijen yang dilancarkan ketiga negara tersebut yang kerap dikenal dengan sebutan FALSE FLAG OPERATION (OPERASI BENDERA PALSU).

Dalam false flag operation ini, kelompok-kelompok Islam beranggapan bahwa mereka sedang menjalankan misi suci keagamaannya secara independen dan bertujuan menghadapi negara-negara kuasa besar yang mereka pandang anti Islam. Namun pada prakteknya, gerakan mereka sepenuhnya berada dalam kendali dan pengawasan dari agen-agen intelijen CIA-M6-MOSSAD. Sehingga gerakan kelompok-kelompok Islam radikal tersebut justru kontra produktif bagi citra dan kredibiliti kelompok-kelompok Islam yang bersangkutan, bahkan membawa citra buruk bagi umat Islam pada umumnya.

Alhasil, jika para pemangku kepentingan nasional di rantau ini ,kemudian malah ikut membesar-besarkan keberadaan ISIS sebagai ancaman nasional, pada perkembangannya kita justru mematikan potensi-potensi keunggulan kelompok-kelompok Islam di tanah air, berbanding mengasah dan memupuk bakat-bakat khusus mereka bagi kepentingan nasional kita kini dan kelak.

ISIS, Stigma Lanjutan Pengganti Isue Al Qaeda

Entah ia Boko Haram, entah itu ISIS, dll cuma sekadar stigma lanjutan pengganti isue al Qaeda yang telah “tutup buku” pada senario War on Terror (WoT) kerana jagoannya, Osama bin Laden telah “mati” di Pakistan.

Senario War on Terror(WoT) gagal total, terutama ketika dijadikan dalih menginvasi Afghanistan dan Irak, bahkan WoT justru dianggap biang krisis global yang diawali krisis ekonomi kelompok negara yang terlibat dalam perang di Irak dan di Afghanistan.

Perang yang memakan waktu 10-an tahun lebih, tampaknya telah menyedot pundi-pundi kantong superpower dan sekutunya. Sharing saham antara Uncle Sam, NATO dan ISAF dalam perang di kedua negara Arab tadi, ternyata tidak memperoleh hasil yang signifikan, maka kebankrapan pun menganga di depan mata.

Silahkan dicermati, negeri manapun yang kelak terjangkit virus ISIS, kemungkinan bakal menjadi target baru dari kaum Kolonialisme/Imperaliasme  global terutama terhadap target mereka negara-negara yang memiliki deposit besar atas minyak, emas dan gas alam.

Pertanyaannya, jika negara Nigeria di Afrika cuma penghasil ubi kayu, akankah ada kelompok pejuang Boko Haram disana?
Atau, seandainya negara Mali  hanya penghasil ubi keledek, adakah Islam radikal tumbuh subur pada negeri kecil di belahan Afrika itu?

Kenapa ISIS tidak tumbuh subur di Singapore, atau di Myanmar,Laos,Thailand,Vietnam?heheee;)

Leave a comment